Assalamualaikum, sebelumnya saya minta kalo blog saya belum sempurna karena saya masih dalam tahap belajar. Tapi yang saya Posting sesuai dengan
yang saya pelajari diSMK Kesehatan.
Baik saya akan mengulas sedikit materi farmakologi BAB lll yaitu tentang Obat Gangguan Sistem Pencernaan.
BAB III
OBAT GANGGUAN SISTIM PENCERNAAN
A. Antasida dan Antiulcer
Definisi antasida dan anti ulcer adalah obat yang digunakan untuk menetralisir atau mengikat asam lambung atau mengurangi produksi asam lambung yang dapat menyebabkan timbulnya tukak lambung atau sakit maag.
1.
Nama Generik & Latin
Aluminium Hydroxida /
Al (OH)3
Aluminium Hidroksida Koloidal
500 mg / tab. kunyah
Kimia Farma
2.
Antasida
Maalox
Antasida DOEN
Per Tablet :
Al (OH)3 : 200mg
Mg(OH)2 : 200mg
Rhone
Indofarma
3.
Simetikon/Dimethicone
(Dimethylpolysiloxane)
Diloxan
Disflatyl
Aeroson
40 mg / dragee
Bernofarm
Pharos
Soho
4.
Simetikon + Al (OH)3 +
Mg (OH)2
Gelusil MPS
Gestabil
Mylanta
Magasida
Per tab, /5ml liq.:
Simetikon 50mg
Al (OH)3 250mg
Mg (OH)2 250mg
Warner L.
Combiphar
Parke Davis
Kimia Farma
5.
Simetidin
Corsamet
Ulsikur
Tagamet
Ulcumet
200mg, 400mg / tab.
200mg, 400mg,800mg/tab;
200mg / 2 ml amp.
200mg / tab ; - / 2ml ampul
Corsa
Kalbe Farma
Beecham
Soho
6.
Famotidin
Facid
Famos
Gaster
20mg, 40mg / tablet
Kalbe Farma
Dankos
Novartis
7.
Ranitidin
Zantac
Ranin
Rantin
75mg, 150mg, 300mg / tab.
75mg/ml susp,50 mg/amp.
150mg, 300 mg / TSR
150mg, 300mg / tab. ;
50 mg / 2 ml ampul
Glaxo-
Wellcome
Pharos
Kalbe Farma
8.
Omeprazole
Losec
Pumpitor
Socid
10mg, 20mg/kap,40mg/vial
20 mg / kapsul
Zeneca
Sanbe Farma
Soho
B. Digestiva
Digestiva adalah obat – obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan lambung – usus terutama pada keadaan defisiensi zat pembantu pencernaan.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Pankreatic lipase-amylase, -protese
Pankreoflat
Pankreon Comp.
Tablet salut gula
Solvay
Solvay
2.
Pancreatin, Bromelin, empedu
Benozym
Elsazym
Kaplet salut gula
Bernofarm
Otto
3.
Pancreatin, Papain empedu
Fartizym
Vitazym
Kaplet salut gula
Kalbe Farma
Kalbe Farma
4.
Amylase, protease, lipase,
Asam desoksikolat, Dimetilpoloksilosan,
Vit. B komplek
Enzyplex
Tablet
Westmont
C. Antidiare
Antidiare adalah obat – obat yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri / kuman, virus, cacing atau keracunan makanan.
Gejala diare adalah buang air besar berulang kali dengan banyak cairan , kadang disertai darah / lendir.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Oralit / Oral Rehydration Salts
Bioralit
Corsalit
Per sachet 5,6 g :
Glucose Anhydr. 4g
NaCl; 0,7g,KCl; 0,3g
Na Citrat ; 0,58g
Indofarma
Corsa
2.
Kaolin pectin
Kaolimec
Kaopectate
Per 15 ml suspensi :
Kaolin 2,958 mg
Pectin 66 mg
Mecosin
Up John
Neo Diaform
Per tablet :
Kaolin 550 mg
Pectin 20 mg
Corsa
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
3.
Koloidal Attalpulgit Teraktivasi
Enterogit
Neo Enterodiastop
New Diatabs
Biodiar
750 mg / tablet
600mg / tablet
630 mg / tablet
Soho
Combiphar
Medifarma
Biochemie
4.
Loperamida HCl
Imodium
Normotil
Lodia
2mg / tablet
2 mg / TSR
Janssen
Pharos
Sanbe
5.
Arang Jerap
(Carbo Adsorbens) DOEN
Bekarbon
250 mg / tablet
Kimia Farma
D. Pencahar (laxativa)
Pencahar adalah obat – obat atau zat – zat yang dapat mempercepat peristaltic usus sehingga mempermudah / melancarkan buang air besar.
Obat pencahar digunakan untuk :
Pada keadaan sembelit (konstipasi) karena pengaruh efek samping obat kurang minum, kurang mengkomsumsi makanan berserat.
Pada pasien dengan resiko pendarahan, pada angina pektoris atau resiko
Pendarahan rektal pada hemoroid (wasir).
Untuk membersihkan saluran cerna sebelum pembedahan dan prosedur radiologi.
Untuk pengeluaran parasit setelah pemberian antelmentik.
Penggunaan pencahar pada anak-anak harus dihindari kecuali diresepkan oleh dokter.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Psyllium Ispaghula Sekam
Metamucil
Mucofalk
Sachet 5 g
Searle
Darya-Varia
2.
Bisakodil
Dulcolax
Laxamex
Stolax
5mg / tablet
10 mg / suppositoria
Boehringer I.
Konimex
Sanbe
3.
Gliserin
Glyserin Cap Gajah
Proconsti
Usaha Sekawan
Soho
4.
Garam Inggeris
( Magnesii Sulfas )
Garam Inggeris Cap Gajah
Usaha Sekawan
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
5.
Sorbitol
Sorbitol Delalande
Sachet 5 g
Corsa
6.
Dioktil Natrium Sulfo Suksinat
Laxadine
50 mg / tablet
Yupharin
E. Antispasmodik
Antispasmodik adalah obat – obat atau zat – zat yang digunakan untuk melawan kejang – kejang otot yang sering mengakibatkan nyeri perut (saluran pencernaan). Meskipun dapat mengurangi spasme usus tapi penggunaannya dalam sindrom usus pencernaan sebagai obat tambahan saja.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Skopolamin N- butyl Bromida
Buscopan
Gitas
Hyoscopan
10mg/tab., 20mg/ampul
20 mg/ ml ampul
10 mg / dragee
Boehringer I.
Interbat
Armoxindo F.
2.
Papaverin HCl
Papaverin HCl
40mg/tablet
40mg / ampul
Soho / Ethica
3.
Atropin Sulfat
Atropin Sulfas
250mg / ampul
Ethica
4.
Chlordiazepoxyd + Clidinium
Librax
Pehaspas
Per dragee :
Chlordiazepoxide 5 mg
Clidinium Br. 2,5 mg
Roche
Pharos
5.
Pramiverine + Metamizole
Systabon
Per dragee :
Pramiverine 2 mg
Metamizole Na. 2,5 mg
Merck
6.
Propyphenazone + Hexahydroadiphenine
Spasmo Cibalgin
Tablet
Novartis
F. Kolagoga
Kolagoga adalah zat atau obat yang digunakan sebagai peluruh atau penghancur batu empedu. Batu empedu merupakan penyakit yang terjadi di saluran atau kandung empedu. Faktor pencetusnya meliputi hiperkolesterolemia, penyumbatan disaluran empedu dan radang saluran empedu.
Obat yang sering digunakan untuk membantu melarutkan batu empedu adalah asam kenodeoksikolat dan asam ursodeoksikolat. Pasien batu empedu dianjurkan melakukan diet kolesterol dan pengobatan dilanjutkan sampai 3 atau 4 bulan sesudah batunya melarut.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Asam Kenodeoksikolat
Chenofalk
250mg / kapsul lunak
Darya-Varia
2.
Asam Ursodeoksikolat
Estazor
Pramur
Urdafalk
Ursochol
250mg / kapsul
300 mg / kapsul
G. Hepato Protector (Protektor Hati)
Obat-obat protektor hati adalah obat-obat yang digunakan sebagai vitamin tambahan untuk melindungi, meringankan atau menghilangkan gangguan fungsi hati karena adanya bahan kimia, penyakit kuning atau gangguan dalam penyaringan lemak oleh hati.
Pada umumnya obat-obat golongan ini mengandung asam-asam amino, kandungan dari tanaman kurkuma (kurkumin) dan zat-zat lipotropik seperti methionin dan cholin. Methionin memiliki peranan penting dalam metabolisme hati sehingga digunakan untuk melawan keracunan yang disebabkan oleh hepatotoksin. Sedangkan choline adalah suatu zat yang dapat mencegah dan menghilangkan perembesan lemak kedalam hati dan juga bekerja melawan keracunan. Obat-obat ini sebaiknya jangan digunakan pada penderita penyakit hati yang berat karena pada dosis besar dapat memperparah keadaan.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Asam-Asam Amino
Aminofusin Hepar
Infus 500 ml
Baxter Kalbe
2.
Curcuma
Curcuma
Curson
Heparviton
Lanagogum
200mg / tablet
Soho
Soho
Tempo
Landson
3.
Methionin + Vitamin
Methicol
Methioson
Tablet salut gula
Otto
Soho
Senin, 09 Mei 2016
Sabtu, 07 Mei 2016
BAB ll KEMOTERAPEUTIKA
Saya akan melanjutkan kembali dari meteri farmakologi, materi ini sesuaii dengan yang saya pelajari di SMK Kesehatan.
BAB II
KEMOTERAPEUTIKA
Pengertian
Kemoterapi adalah obat atau zat yang berasal dari bahan kimia yang dapat memberantas dan menyembuhan penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, amoeba, fungi, protozoa, cacing dan sebagainya tanpa merusak jaringan tubuh manusia. Berdasarkan khasiatnya terhadap hama / bakteri, kemoterapi dibedakan atas :
Bakterisida yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat untuk mematikan hama, contoh : fenol, iodium, sublimat.
Bakteriostatika yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat menghentikan pertumbuhan dan pembiakan bakteri, sedang pemusnahan selanjutnya dilakukan oleh tubuh sendiri secara fagositosis (kuman dilarutkan oleh leukosit atau sel-sel daya tangkis tubuh lainnya),contohnya antibiotika spektrum sempit.
Yang termasuk kelompok kemoterapi adalah :
a. Antibiotika
b. Sulfonamida
c. Anti Parasitik.
d. Anti virus
e. Anti neoplastika (sitostatika)
f. Lain-lain
- Anti TBC
- Anti Lepra
A. Antibiotika
Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata anti = lawan, bios = hidup. Adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedang toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Fleming (Penisilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr. Florey. Kemudian banyak zat dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat. Antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis, atau semi sintetis.
Aktivitas antibiotik umumnya dinyatakan dalam satuan berat (mg) kecuali yang belum sempurna permurniannya dan terdiri dari campuran beberapa macam zat, atau karena belum diketahui struktur kimianya, aktivitasnya dinyatakan dalam satuan internasional = Internasional Unit (IU). Dibidang peternakan antibiotik sering dimanfaatkan sebagai zat gizi tambahan untuk mempercepat pertumbuhan ayam negeri potong.
Efek samping
Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:
1. Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada kemungkinan terjadi reaksi hipersentitiv atau allergi seperti gatal-gatal kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi dapat terjadi syok, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang tidak akan diberikan secara sistemis (oral dan suntikan).
2. Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.
3. Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang dapat mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus saluran pernafasan dan urogenital.
Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi baru misalnya timbul jamur Minella albicans dan Candida albicans. Selain antibiotik obat yang menekan sistem tangkis tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat menimbulkan supra infeksi. Khususnya,anak-anak dan orangtua sangat mudah dijangkiti supra infeksi ini.
Penggolongan antibiotik berdasar aktivitasnya
Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas :
1. Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spektrum)
Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram negatif saja)
2. Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum)
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun gram negatif. Contohnya ampisilin, sefalosporin, dan kloramfenicol.
Kelompok antibiotika
Antibiotika yang akan dibicarakan adalah:
Golongan Penisilin
Golongan Sefalosforin
Golongan Aminoglikosida
Golongan Kloramfenikol
Golongan Tetrasiklin
Golongan Makrolida
Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat
Golongan Lain - Lain
Spesialite :
1. Golongan Penicillin (golongan beta laktam)
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Benzyl Penicillin
Procaine Penicillin-G
Vial 20 ml : 3.000.000 unit
Meiji
2.
Penisilin V
( Phenoxymethyl Penicillin )
Fenocin
Ospen
125 mg / tablet
250 mg / tablet,
250 mg / 5mlsyr.
Dumex Alph.
Biochemie / KF
3.
Ampisilin
Penbritin
Kalpicillin
Omnipen
100mg;250 mg;500 mg;
1g/ vial
250 mg, 500 mg / kapsul
125mg/5mlsyr.,250ml/5ml syr.Forte,125mg/ tab.ped.
500 mg / kaplet ;
250 mg, 500 mg, 1 g/vial
250 mg, 500 mg / kapsul ;
125 mg / 5ml syr. ;
250 mg / 5ml syr. Forte
Beecham
Kalbe Farma
Wyeth
3.
Ampisilin
Viccillin
250 mg, 500 mg, 1g / vial ;
250 mg, 500 mg/ kapsul ;
125 mg / 5ml syr.;
250 mg / 5ml syr. forte
Meiji
4.
Amoksisilin
Amoxil
250 mg,500mg/kapsul ;
250 mg, 1g/tablet; 125mg/5ml syr.;
250 mg/5mlsyr Forte ;
125 mg/1,25 ml drops;
500 mg, 1 g / vial injeksi
Beecham
Topcillin
Ospamox
250mg/kapsul;
500mg,1g kaplet;
125 mg / 5ml syr.
250mg/5mlsyr. Forte
125 mg, 250 mg / 5ml syr.;
100mg/mldrops; 250mg/kapsul;
500 mg, 750 mg, 1g/ tablet
Dankos
Biochemie
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
5.
Co-amoxyclav
(Amoksisilin + As.clavulanat )
Augmentin
Clavamox
Per tablet :
Amoxycillin 250mg(500mg)
As.clavulanat 125mg(125mg)
Tiap 5ml syr./ syrop forte :
Amoxycillin 250mg(500mg)
As.clavulanat 31,25mg
(62,5 mg )
Tiap vial injeksi :
Amoxycillin 500mg(1g)
As.clavulanat 100mg(200mg)
Beecham
Kalbe Farma
6.
Sultamicillin
( Ampicillin + Sulbactam )
Unasyn
Per tablet :
Ampicillin 220 mg
sulbaktam 147 mg
Pfizer
7.
Kloksasilin
Ikaclox
Meixam
250 mg, 500 mg / kapsul
125mg/5mlsyr.;
250mg,500mg/vial
250 mg, 500 mg / kapsul
250 mg, 500 mg, 1g / vial
Ika Pharmindo
Meiji
2. Golongan Sefalosporin (golongan beta laktam)
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Sefadroksil
Duricef
Cefat
125mg/ 5ml suspensi;
250 mg / 5ml susp. Forte;
250 mg, 500mg / kapsul
1g / kaplet
250 mg, 500 mg / kapsul
Bristol - Myers Squib
Sanbe Farma
2.
Sefotaksim
Claforan
0,5g, 1g, 2g / vial
Hoechst
3.
Sefaleksin
Tepaxin
250 mg / kapsul
Takeda
4
Sefriakson
Rocephin
250 mg, 500 mg, 1g / vial
Roche
5.
Sefradin
Velosef
250 mg, 500 mg / kapsul;
1000 mg / tablet;
500mg, 1g / vial ;
125 mg / 5 ml suspensi ;
25 0 mg / 5 ml susp.forte
Bristol-Myers Squib
6.
Sefuroksim
Zinnat
1g / vial
Glaxo-Wellcome
3. Golongan Aminoglikosida
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Gentamisin Sulfat
Garamycin
20mg, 80mg, 120 mg / vial 2 ml
60mg/1,5 ml ampul
Schering
2.
Amikasin
Amikin
200mg, 500mg, 1g / vial
B-M-S
3.
Kanamisin Sulfat
Kanamycin Meiji
500mg, 1g, 2g / vial
250 mg / kapsul
Meiji
4.
Neomisin Sulfat
Neobiotic
250 mg / tablet
Bernofarm
5.
Streptomosin
Streptomycin Meiji
1g, 1,5g, 5g / vial
Meiji
6.
Framisetin
Sofra-Tulle
Daryant-Tulle
Kassa pembalut steril
Darya Varia
4. Golongan Kloramfenikol
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Kloramfenikol
Colme
Chloramex
Enkacetyn
Kalmicetin
250 mg /kapsul
125 mg / 5 ml syr.
Interbat
Dumex Alpharma
Kimia Farma
Kalbe Farma
2.
Tiamfenikol
Urfamycin
Thiamycin
Thiambiotic
250 mg, 500 mg / kapsul
100 mg / 5 ml syrup
Zambon
Interbat
Prafa
5. Golongan Tetrasiklin
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Tetrasiklin
Dumocycline
Supertetra
Tetrin
250 mg / kapsul
Dumex Alph.
Darya-Varia
Interbat
2.
Doksisiklin
Vibramycin
Dumoxin
50 mg, 100 mg/kapsul
100mg, 150 mg / tablet
Pfizer
Dumex Alph.
3.
Minosiklin HCl
Minocin
50mg, 100 mg / kapsul
50 mg / 5ml syr.
Lederle
4.
Oksitetrasiklin HCl
Oxytetracycline Indo Farma
Terramycin
Salep Mata
Kapsul 250 mg, vial
Indo Farma
Pfizer
6. Golongan Makrolida
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Eritromisin
Erythrocin
Kalthrocin
Pharothrocin
250 mg / kapsul;
250 mg (500mg)/tablet(forte)
200 mg / tablet kunyah;
200mg/ 5ml suspensi
250 mg / 5ml susp.forte
100 mg/ 2,5ml drops
Abbot
Kalbe Farma
Pharos
2.
Spiramisin
Rovamycin
Spiradan
500 mg / tablet
250 mg / tablet pediatric
125 mg / 5 ml syr.
Rhone P.
Dankos
3.
Roxithromycin
Rulid
150 mg, 300 mg / tablet
100 mg / tablet pediatric
Hoechst
4
Azithromycin
Zithromax
Zycin
250 mg, 500 mg /tablet
200 mg / 5 ml suspensi
250 mg / kapsul
Pfizer
Interbat
7. Golongan Quinolon
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Ciprofloxacin
Ciproxin
Baquinor
100mg/50ml, 1200mg/100ml
/ infus i.v.
100mg, 250mg, 500mg, 750mg / tablet
250mg(500mg)/tab. (forte)
Bayer
Sanbe Farma
2.
Nalidixic Acid
Negram
500 mg / tablet
Sanofi
3.
Ofloxacin
Tarivid
200 mg, 400 mg / tablet
2 mg / ml vial
Kalbe / Daiichi
8. Golongan Lain - Lain
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Klindamisin Hidroklorida
Dalacin C
Niladacin
Lando
150 mg, 300mg / kapsul;
75 mg / 5 ml granul;
150 mg / 2 ml ampul
Up John
Nicholas
Pyridam
2.
Kolistin Sulfat
Colistine
250.000 IU, 1.500.000 IU/ tablet
Dumex Alpharma
3.
Metronidazol
Elyzol
Flagyl i.v
Nidazole
500 mg / tablet
5 mg / ml infusa
Dumex
Rhone Povlenc
Kalbe Farma
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
4.
Lincomycin
Lincocin
250 mg, 500mg / kapsul
250 mg / 5ml syr.
300 mg / ml vial
Up John
5.
Tinidazole
Fasigyn
Flatin
500 mg / tablet
Pfizer
Prafa
6.
Rifampicin
Kalrifam
150mg, 300mg, 450mg, 600 mg / kapsul
Kalbe Farma
B. Sulfonamida
Sulfonamida merupakan kelompok kemoterapi dengan rumus dasar :
H2N – C6H4 – SO2NH R
Adalah anti mikroba yang digunakan secara sistemis maupun topikal untuk beberapa penyakit infeksi.
Sebelum ditemukan antibiotik, sulfa merupakan kemoterapi yang utama, tetapi kemudian penggunaannya terdesak oleh antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan preparat kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamida. Selain sebagai kemoterapi derivat sulfonamida juga berguna sebagai diuretik dan anti diabetik oral (ADO).
Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para Amino Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa :
H2N – C6H4 - COOH
Efek samping
Efek samping yang terpenting adalah kerusakan pada sel-sel darah yang berupa agranulositosis, anemia aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah reaksi alergi dan gangguan pada saluran kemih dengan terjadinya kristal uria yaitu menghablurnya sulfa di dalam tubuli ginjal. Untuk menghindari terjadinya kristal uria, pada pengobatan dengan sulfa perlu :
penambahan Na- bicarbonat untuk melarutkan senyawa yang mengkristal.
minum air yang banyak (minimum 1,5 liter / hari)
dengan membuat preparat kombinasi (trisufa) yang terdiri dari sulfadiazin, sulfamerazin, sulfamezatin.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Sulfadiazin + Sulfamerazin + Sulfamezatin
Trisulfa
_aaa 500 mg / tablet
Kimia Farma
Indofarma
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
2.
Sulfasetamida Natrium
Albucid
Tetes mata 10 %,
Salep mata 6 %
Nicholas
3.
Kotrimoksazol
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Bactrim
Bactricid
Per tablet Pediatric :
TMP 20 mg, SMZ 100 mg
Per tablet Adult :
TMP 80 mg, SMZ 400 mg
Per tablet Forte :
TMP 160 mg,SMZ 800 mg
Syrup : TMP : 40 mg /5ml,
SMZ : 200 mg /5ml
Per tablet :
TMP 80 mg,SMZ 400 mg
Per tablet Pediatric :
TMP 20 mg,SMZ 100 mg
Per capsul :
TMP 160 mg,SMZ 800 mg
Roche
Soho
C. Antiparasitik
Antiparasitik adalah obat – obat yang digunakan untuk membunuh penyakit yang disebabkan oleh parasit. Anti parasit dibagi menjadi empat yaitu :
Antimalaria
Antiamuba
Anticacing
Antifungi
1. Antimalaria
Antimalaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal (protozoa) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang menggigit pada malam hari dengan posisi menjungkit.
Ciri-ciri penyakit malaria adalah demam berkala disertai menggigil, nyeri kepala dan nyeri otot, hati membesar sehingga timbul rasa mual dan muntah, anemia.
Penggolongan obat antimalaria :
a) Obat-obat pencegah / profilaktik
b) Obat-obat penyembuh / pencegah demam = kurativum
c) Obat-obat pencegah kambuh
d) Obat – obat pembunuh gametosid
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Sulfadoksin + Pyrimetamin
Fansidar
Suldox
Per tablet :
Sulfadoxine 500 mg
Pyrimethamine 250 mg
Roche
Dumex
2.
Klorokuin
Resochin
Nivaquine
Mexaquin
250 mg / tablet
100 mg, 300 mg / tablet
5 mg/ml syr.
250 mg/ tablet
Bayer
Rhone P.
Konimex
3.
Kuinin Sulfat
Tablet Kina
200 mg / tablet salut
Kimia Farma
4.
Euchinini /
Quinini etilkarbonat
Euchinin
100 mg / tablet
Kimia Farma
2. Antiamuba
Adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikro organisme bersel tunggal (protozoa) yaitu Entamoeba histolytica yang dikenal dengan dysentri amuba.
Penyakit yang disebabkan amuba umumnya menyerang usus. Dengan gejala diare berlendir dan darah disertai kejang-kejang dan nyeri perut, serta mulas pada waktu buang air besar. Bila pengobatannya tidak tepat penyakit ini dapat menjalar ke organ-organ lain khususnya hati dan menyebabkan amubiasis hati yang berciri radang hati (hepatitis amuba)
Spesilaite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Klorokuin Fosfat
Lihat antimalaria
2.
Metronidazol
Corsagyl
Flagyl
250 mg, 500 mg/tablet
250 mg / tablet
500 mg / tablet forte
125 mg / 5ml suspensi
0,5g, 1g / supositoria
Corsa
Rhone P
3.
Tinidazol
Fasigyn
500 mg / tablet salut
Pfizer
4.
Nimorazol
Naxogin
250 mg, 500 mg / tablet
Pfizer
5.
Secnidazol
Sentyl
Flagentyl
500 mg / kapsul
500 mg / tablet
Sunthi Sempuri
Rhone P.
3. Obat Anticacing
Anthelmetika atau obat-obat anti cacing adalah obat-obat yang dapat memusnahkan cacing parasit yang ada dalam tubuh manusia dan hewan.
Infeksi oleh cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar di dunia, di Indonesia termasuk penyakit rakyat yang umum dan sampai saat ini diperkirakan masih cukup banyak anak-anak di Indonesia yang menderita infeksi cacing sehingga pemerintah perlu mencanangkan pemberantasan cacing secara masal dengan pemberian obat cacing kepada seluruh siswa sekolah dasar pada momen-momen tertentu.
Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun ada juga yang melalui luka dikulit. Larva dan telur cacing ada di mana-mana di atas tanah, terutama bila sistim pembuangan kotoran belum memenuhi syarat-syarat hygiene. Gejala penyakit cacing sering kali tidak nyata. Umumnya merupakan gangguan lambung usus seperti mulas, kejang-kejang kehilangan nafsu makanan, pucat (anemia) dan lain – lain.
Pencegahannya sebenarnya mudah sekali yaitu :
Menjaga kebersihan baik tubuh maupun makanan
Mengkomsumsi makanan yang telah di masak dengan benar (daging, ikan dll)
Mencuci tangan sebelum makanan.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Piperazin
Piperacyl
Upixon
1g /5ml syrup
Bode
Bayer
2.
Mebendazol
Vermox
500mg / tablet
100mg /tablet kunyah
20mg/ 5ml syrup
Janssen
3.
Pirantel Pamoat
(Pyranteli Pamoas )
Combantrin
125mg, 250mg / tablet
125mg, 250mg/5ml susp.
Pfizer
4.
Levamizol HCl
Ascaridil
25mg, 50mg / tablet
Janssen
5.
Oxantel Pamoat + Pyrantel Pamoat
Quantrel
Oxant.P Pyr.P
Tablet 150mg 150mg
Susp./ml 20mg 20mg
Pfizer
6
Albendazol
Helben
400mg/kaplet ; chew.tab, 200mg / 5ml syrup
Mecosin
4. Antifungi / Antijamur
Adalah obat-obat yang digunakan untuk menghilangkan infeksi yang disebabkan oleh jamur. Infeksi oleh jamur dapat terjadi pada :
Kulit oleh dermatofit (jamur yang hidup di atas kulit)
Selaput lendir mulut, bronchi, usus dan vagina oleh sejenis ragi yang disebut candida albicans.
Salah satu sebab meluasnya infeksi oleh fungi ialah meningkatnya pemakaian antibiotik spektrum luas atau pemakaian kortikosteroid yang kurang tepat. Faktor hygiene juga sangat mempengaruhi penyebaran infeksi oleh fungi. Infeksi jamur sering berkaitan dengan gangguan daya tahan tubuh, bila daya tahan tubuh turun, maka pengobatan jamur sering mengalami kegagalan.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Griseofulvin / Fulvicin
Fulcin
Grivin
Mycostop
125mg(500mg)/tablet(forte)
250mg / tablet
Zeneca
Phapros
Zambon
2.
Nistatin
Mycostatin
500.000 IU /tablet
100.000 IU /ml suspensi
100.000 IU /g cream
100.000 IU / tab. vaginal
Bristol-Myers Squib
3.
Klotrimazol
Canesten
Canesten VT
Canesten SD
Cream 1% /5g,10g.
Solutio 1% /10ml
100mg / tablet vaginal
500mg / tablet vaginal
Bayer
4.
Ketokonazol
Nizoral
200 mg / tablet
Janssen
5.
Mikonazol
Daktarin
Mexoderm
Cream 2%
Bedak 2%
Sabun Liquid 2%
Cream 2 %
Janssen
Konimex
6.
Itrakonazol
Sporanox
100mg / kapsul
Janssen
D. Obat Antivirus
Virus (dalam bahasa latin dan sanskerta : visham = racun) merupakan mikro-organisme hidup yang terkecil, dengan ukuran antara 20 dan 300 mikron. Di luar tubuh manusia kerap kali virus berbentuk seperti kristal tanpa tanda hidup, sangat ulet yaitu tahan asam dan basa, serta tahan suhu-suhu rendah dan tinggi sekali. Baru jika keadaan sekitarnya baik, seperti dalam tubuh manusia atau hewan, kristal tersebut bernyawa kembali dan memperbanyak diri.
Pengembangan obat anti virus baik sebagai pencegahan maupun terapi belum dapat mencapai hasil yang diinginkan, karena obat-obat anti virus selain menghambat dan membunuh virus, juga merusak se-sel hospes dimana virus berada.
Sejumlah obat anti virus sudah banyak dikembangkan tetapi hasilnya belum memadai karena toksisitasnya sangat tinggi. Hanya beberapa anti virus yang saat ini digunakan, antara lain idoksuridin pada penggunaan topikal dan herpes simplex conjungtivitis serta asiklovir.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Asiklovir
Clinovir
Poviral
Cream 5 %
Eye ointment 30mg/g
Cream 500mg/g
Pharos
Kalbe Farma
2.
Methisoprinol
Isoprinosine
500mg/tablet
250mg/5ml syrup
Darya - Varia
E. Obat Antineoplastika (Antikanker)
Kanker atau karsinoma (Yunani = karkinos = kepiting) adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan bersifat ganas (maligne). Suatu kelompok sel dengan mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri secara pesat dan tidak tertahankan serta mengakibatkan pembengkakan atau benjolan, yang disebut tumor atau neoplasma (neo = baru; plasma = bentukan). Sel-sel kanker ini menginfiltrasi ke dalam jaringan-jaringan sekitarnya dan memusnahkannya. Tumor setempat ini seringkali menyebarkan sel-selnya melaui saluran darah dan limfe ke tempat-tempat lain dari tubuh (metastasis), dimana berkembang neoplasma sekunder. Gejala umum dari penyakit-penyakit kanker adalah nyeri yang sangat hebat.
Jenis-jenis kanker yang paling sering terdapat adalah kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, lambung-usus dan alat-alat kelamin. Begitu pula leukimia atau kanker darah, dimana produksi leukosit menjadi abnormal tinggi sedangkan eritrosit sangat berkurang.
Sebab-sebab kanker, menurut para ahli, lebih dari 80% dari semua tumor pada manusia diakibatkan oleh pengaruh zat-zat karsinogen dan faktor genetika.
Pengobatan
Pengobatan kanker dikenal beberapa cara, antara lain:
Kemoterapi, yaitu pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat menghambat atau membunuh sel-sel kanker.
Operasi / pembedahan, yaitu dengan mengangkat sel-sel kanker sehingga tidak terjadi perluasan daerah yang terkena kanker
Radiasi / penyinaran, yaitu dengan melakukan penyinaran pada daerah yang terdapat sel-sel kanker dengan menggunakan sinar radio aktif.
Efek Samping
Efek samping penggunaan obat-obatan neoplastika, adalah :
Depresi sumsum tulang dengan gangguan darah dan berkurangnya sistem tangkis, yang memperbesar resiko infeksi kuman.
Gangguan pada kantong rambut dengan rontoknya rambut atau alopesia.
Pembentukan sel-sel darah terhambat
Hiperurisemia
Terganggunya fungsi reproduksi
Kombinasi dari dua atau lebih sitostatika kerapkali digunakan, yakni yang memiliki titik kerja di dalam sel yang berlainan, dengan demikian daya kerjanya diperkuat dan terjadinya resistensi dapat dihindarkan.
Spesialite kemoterapi :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Doksorubisin Hidroklorida
Adriamycin RD
10mg, 50mg/vial
Carlo Erba
2.
Fluorourasil
Adrucil
250mg/5ml vial
500mg/10ml vial
Carlo erba
3.
Bleomisin sulfat
Bleocin
15mg/ampul
Kalbe Farma
4.
Sisplatin
Cisplatin
10mg/ 20ml vial
Kalbe Farma
5.
Siklofosfamida
Endoxan
200mg, 500mg,1g/vial
Asta
6.
Metotreksat
Farmitrexat
2,5mg/tablet
5mg, 50mg/ vial
Carlo Erba
7.
Sitarabin
Erbabin
100 mg / ml vial
Kalbe Farma
8.
Vinkristin Sulfat
Krebin
1mg/ml ampul
Kalbe Farma
9.
Vinblastin Sulfat
Vinblatine Sulphate DBL
1mg/ml ampul
Tempo Scan Pacific
F. Lain - Lain
1. Obat Anti TBC
Anti tuberculosis adalah obat-obat atau kombinasi obat yang diberikan dalam jangka waktu tertentu untuk mengobati penderita tuberkulosis.
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis, yang pada umumnya dimulai dengan membentuk benjolan-benjolan kecil di paru-paru dan ditularkan lewat organ pernafasan. Kuman TBC pertama kali ditemukan oleh dr Roberet Koch (1882).
Selain paru-paru, organ tubuh lain yang dapat dijangkiti kuman TBC adalah kelenjar, tulang, ginjal, kulit dan otak. Sampai saat ini di Indonesia penyakit TBC masih merupakan penyakit rakyat yang banyak mengambil korban, hal ini disebabkan:
Masih kurangnya kesadaran untuk hidup sehat.
Perumahan yang tidak memenuhi syarat (ventilasi dan masuknya cahaya matahari)
Kebersihan/hygiene
Kurang gizi/gizi tidak baik.
Penularan kuman TBC dapat melalui:
Saluran pernafasan (sebaiknya penderita menutup mulut dengan sapu tangan ketika batuk atau bersin.
Lewat makanan dan minuman
Penularan TBC dapat dihindari dengan cara menggunakan desinfektan pada sapu tangan atau barang-barang yang digunakan, dan mengusahakan agar ruangan tempat penderita mempunyai ventilasi yang baik.
Cara pencegahan TBC adalah dengan memberikan vaksinasi sedini mungkin pada bayi-bayi yang baru lahir. Vaksin yang digunakan adalah vaksin BCG (Basil Calmette Guerin). Untuk menentukan seseorang terinfeksi oleh basil TBC atau tidak biasanya dilakukan dengan reaksi Mantoux , yaitu penyuntikan yang dilakukan dilengan atas dengan tuberkulin (filtrat dari pembiakan basil TBC). Bila ditempat penyuntikan tidak timbul bengkak merah berarti orang tersebut tidak terinfeksi TBC.
Pengobatan
Sebelum ditemukan obat-obat yang dapat memusnahkan penyebab penyakit, bentuk pengobatan terbatas pada terapi simptomatis seperti mengurangi batuk dan menghilangkan demam, istirahat total di sanatorium dan diet makanan bergizi yang kaya lemak dan vitamin A.
Obat TBC yang pertama kali ditemukan adalah streptomisin, disusul kemudian dengan PAS dan INH. Sampai tahun 1970-an kombinasi standar untuk pengobatan TBC menggunakan ketiga obat di atas. Sesudah tahun 1970 kombinasi standar untuk TBC menjadi INH, ethambutol dan rifampisin.
Dengan pengobatan modern, setelah 4 sampai 6 minggu pasien bebas bermasyarakat seperti biasa karena tidak lagi menularkan kuman TBC. Basil TBC terkenal sangat ulet dan sulit ditembus zat kimia (obat) karena dinding sel bakteri mengandung banyak lemak dan lilin (wax), sehingga pengobatan TBC memerlukan periode waktu yang cukup lama .
Tujuan pengobatan kombinasi :
Mencegah resistensi
Praktis karena dapat diberikan sebagai dosis tunggal.
Mengurangi efek samping.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1
Ethambutol
Cetabutol
Kalbutol
Etibi
250 mg, 500 mg/tablet
500 mg / tablet
250 mg, 500 mg / tablet
Soho
Kalbe Farma
Rocella
2.
Isoniazid
Isoniazid + Vitamin B-6
Isonex
INH
Pehadoxin
50 mg / 5 ml syr.
50 mg , 100 mg / tablet
Per tablet :
INH 100 mg,Vit.B6 10 mg
Dumex
Soho
Phapros
Isoniazid + Vitamin B-6 + Ethambutol
Inoxin
Intam 6
Meditam
Per tablet :
INH 400 mg,Vit.B610 mg
Per tablet :
INH 100 mg,Ethambutol 250 mg, Vit.B6 10 mg
Dexamedica
Rhone P
Medikon
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
.
Mycothambin- INH Forte
Per tablet :
INH 200 mg,Ethambutol 500 mg, Vit.B6 20 mg
UAP
3.
Pirazinamida
Prazina
Pezeta Ciba 500
Pulmodex
500 mg / tablet
Ponco
Ciba
Dexamedica
4.
Rifampicin
Rifampicin + INH
Rifampin
Rifamtibi
Rimactane
Rimetazid
Ramicin-Iso
150 mg, 300 mg, 450 mg, 600 mg / kapsul
450 mg, 600 mg/kapsul
450 mg, 600 mg/ kapsul
20 mg / ml syr.
Per kapsul :
Rifampicin 225 mg
INH 200 mg
Rifampicin 450 mg
INH 300 mg
Per kapsul :
Rifampicin 500 mg
INH 150 mg
Pharos
Sanbe
Biochemie
Biochemie
Westmont
5.
Streptomisin
Streptomycine Sulphate Injection
1g, 1,5g, 5g/ vial
Meiji
2. Obat Antilepra
Lepra atau kusta adalah suatu infeksi kronis yang terutama merusak jaringan-jaringan saraf. Pembangkitnya Mycobacterium leprae ditemukan oleh dokter Norwegia Hansen (1873), memiliki sifat-sifat yang mirip dengan basil TBC, yaitu sangat ulet karena mengandung banyak lemak dan lilin yang sukar ditembusi obat, juga pertumbuhannya lambat sekali setelah waktu inkubasi yang lama, lebih kurang satu tahun.
Di Indonesia terdapat kurang lebih 100.000 pasien lepra yang diobati di sejumlah rumah sakit khusus (Leproseri) yang diawasi oleh Lembaga Kusta Departemen Kesehatan.
Pencegahan
Tes Lepromin adalah suatu injeksi intrakutan dari suspensi jaringan lepra dan digunakan untuk menetapkan apakah seseorang memiliki daya tangkis cukup terhadap lepra bentuk – L. Hasil tes negatif berarti orang tersebut sangat peka untuk infeksi dengan bentuk tersebut.
Pada tahun 1965 telah dibuktikan di Uganda, bahwa vaksinasi BCG memberikan perlindungan yang lumayan terhadap infeksi dengan bentuk – L.
Pengobatan
Sejak dahulu kala obat satu-satunya terhadap lepra adalah minyak kaulmogra, yang efektif untuk meredakan gejala-gejalanya tanpa menyembuhkan penyakit.
Pada tahun 1950 ditemukan dapson yang mampu menghentikan pertumbuhan basil lepra, yang kemudian lama-kelamaan akan dimusnahkan oleh sistem tangkis tubuh sendiri. Kemudian ditemukan leprostatika lain antara lain thiambutosin, klofazimin dan rifampisin.
WHO menganjurkan sebagai terapi pilihan pertama suatu kombinasi dari dapson dengan rifampisin atau klofazimin selama sekurang-kurangnya 6 bulan. Kemudian disusul dengan monoterapi dapson selama 5 – 7 tahun pada bentuk tuberkuloid, dan seumur hidup pada bentuk – L dan borderline.
Efek samping
Yang terpenting adalah reaksi lepra yaitu suatu reaksi alergi yang diakibatkan oleh basil mati yang berjumlah besar di dalam jaringan-jaringan. Gejala-gejala berupa demam tinggi, radang dan nyeri sendi, rasa lelah dan habis tenaga, khusus pada bentuk – L terjadi benjol-benjol merah kebiruan. Semula diduga bahwa reaksi-reaksi ini merupakan efek samping khusus dari dapson, tetapi kemudian ternyata dapat juga ditimbulkan oleh leprostatika lainnya kecuali klofazimin.
Untuk mengatasi gejala-gejala ini, obat lepra sering dikombinasi dengan asetosal atau sedativa, atau jika lebih hebat bisa diberikan zat supresif (penekan) seperti kortikosteroid. Obat lepra tidak boleh dihentikan atau dikurangi dosisnya berhubungan meningkatnya bahaya resistensi.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
2.
3
Diamino Difenil Sulfon (DDS)
Clofazimine
Rifampicin
Dapson
Lamprene
Lihat obat TBC
100 mg / tablet
50 mg & 100 mg / tablet
Indofarma
Novartis
BAB II
KEMOTERAPEUTIKA
Pengertian
Kemoterapi adalah obat atau zat yang berasal dari bahan kimia yang dapat memberantas dan menyembuhan penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, amoeba, fungi, protozoa, cacing dan sebagainya tanpa merusak jaringan tubuh manusia. Berdasarkan khasiatnya terhadap hama / bakteri, kemoterapi dibedakan atas :
Bakterisida yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat untuk mematikan hama, contoh : fenol, iodium, sublimat.
Bakteriostatika yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat menghentikan pertumbuhan dan pembiakan bakteri, sedang pemusnahan selanjutnya dilakukan oleh tubuh sendiri secara fagositosis (kuman dilarutkan oleh leukosit atau sel-sel daya tangkis tubuh lainnya),contohnya antibiotika spektrum sempit.
Yang termasuk kelompok kemoterapi adalah :
a. Antibiotika
b. Sulfonamida
c. Anti Parasitik.
d. Anti virus
e. Anti neoplastika (sitostatika)
f. Lain-lain
- Anti TBC
- Anti Lepra
A. Antibiotika
Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata anti = lawan, bios = hidup. Adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedang toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Fleming (Penisilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr. Florey. Kemudian banyak zat dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat. Antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis, atau semi sintetis.
Aktivitas antibiotik umumnya dinyatakan dalam satuan berat (mg) kecuali yang belum sempurna permurniannya dan terdiri dari campuran beberapa macam zat, atau karena belum diketahui struktur kimianya, aktivitasnya dinyatakan dalam satuan internasional = Internasional Unit (IU). Dibidang peternakan antibiotik sering dimanfaatkan sebagai zat gizi tambahan untuk mempercepat pertumbuhan ayam negeri potong.
Efek samping
Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:
1. Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada kemungkinan terjadi reaksi hipersentitiv atau allergi seperti gatal-gatal kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi dapat terjadi syok, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang tidak akan diberikan secara sistemis (oral dan suntikan).
2. Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.
3. Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang dapat mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus saluran pernafasan dan urogenital.
Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi baru misalnya timbul jamur Minella albicans dan Candida albicans. Selain antibiotik obat yang menekan sistem tangkis tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat menimbulkan supra infeksi. Khususnya,anak-anak dan orangtua sangat mudah dijangkiti supra infeksi ini.
Penggolongan antibiotik berdasar aktivitasnya
Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas :
1. Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spektrum)
Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram negatif saja)
2. Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum)
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun gram negatif. Contohnya ampisilin, sefalosporin, dan kloramfenicol.
Kelompok antibiotika
Antibiotika yang akan dibicarakan adalah:
Golongan Penisilin
Golongan Sefalosforin
Golongan Aminoglikosida
Golongan Kloramfenikol
Golongan Tetrasiklin
Golongan Makrolida
Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat
Golongan Lain - Lain
Spesialite :
1. Golongan Penicillin (golongan beta laktam)
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Benzyl Penicillin
Procaine Penicillin-G
Vial 20 ml : 3.000.000 unit
Meiji
2.
Penisilin V
( Phenoxymethyl Penicillin )
Fenocin
Ospen
125 mg / tablet
250 mg / tablet,
250 mg / 5mlsyr.
Dumex Alph.
Biochemie / KF
3.
Ampisilin
Penbritin
Kalpicillin
Omnipen
100mg;250 mg;500 mg;
1g/ vial
250 mg, 500 mg / kapsul
125mg/5mlsyr.,250ml/5ml syr.Forte,125mg/ tab.ped.
500 mg / kaplet ;
250 mg, 500 mg, 1 g/vial
250 mg, 500 mg / kapsul ;
125 mg / 5ml syr. ;
250 mg / 5ml syr. Forte
Beecham
Kalbe Farma
Wyeth
3.
Ampisilin
Viccillin
250 mg, 500 mg, 1g / vial ;
250 mg, 500 mg/ kapsul ;
125 mg / 5ml syr.;
250 mg / 5ml syr. forte
Meiji
4.
Amoksisilin
Amoxil
250 mg,500mg/kapsul ;
250 mg, 1g/tablet; 125mg/5ml syr.;
250 mg/5mlsyr Forte ;
125 mg/1,25 ml drops;
500 mg, 1 g / vial injeksi
Beecham
Topcillin
Ospamox
250mg/kapsul;
500mg,1g kaplet;
125 mg / 5ml syr.
250mg/5mlsyr. Forte
125 mg, 250 mg / 5ml syr.;
100mg/mldrops; 250mg/kapsul;
500 mg, 750 mg, 1g/ tablet
Dankos
Biochemie
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
5.
Co-amoxyclav
(Amoksisilin + As.clavulanat )
Augmentin
Clavamox
Per tablet :
Amoxycillin 250mg(500mg)
As.clavulanat 125mg(125mg)
Tiap 5ml syr./ syrop forte :
Amoxycillin 250mg(500mg)
As.clavulanat 31,25mg
(62,5 mg )
Tiap vial injeksi :
Amoxycillin 500mg(1g)
As.clavulanat 100mg(200mg)
Beecham
Kalbe Farma
6.
Sultamicillin
( Ampicillin + Sulbactam )
Unasyn
Per tablet :
Ampicillin 220 mg
sulbaktam 147 mg
Pfizer
7.
Kloksasilin
Ikaclox
Meixam
250 mg, 500 mg / kapsul
125mg/5mlsyr.;
250mg,500mg/vial
250 mg, 500 mg / kapsul
250 mg, 500 mg, 1g / vial
Ika Pharmindo
Meiji
2. Golongan Sefalosporin (golongan beta laktam)
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Sefadroksil
Duricef
Cefat
125mg/ 5ml suspensi;
250 mg / 5ml susp. Forte;
250 mg, 500mg / kapsul
1g / kaplet
250 mg, 500 mg / kapsul
Bristol - Myers Squib
Sanbe Farma
2.
Sefotaksim
Claforan
0,5g, 1g, 2g / vial
Hoechst
3.
Sefaleksin
Tepaxin
250 mg / kapsul
Takeda
4
Sefriakson
Rocephin
250 mg, 500 mg, 1g / vial
Roche
5.
Sefradin
Velosef
250 mg, 500 mg / kapsul;
1000 mg / tablet;
500mg, 1g / vial ;
125 mg / 5 ml suspensi ;
25 0 mg / 5 ml susp.forte
Bristol-Myers Squib
6.
Sefuroksim
Zinnat
1g / vial
Glaxo-Wellcome
3. Golongan Aminoglikosida
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Gentamisin Sulfat
Garamycin
20mg, 80mg, 120 mg / vial 2 ml
60mg/1,5 ml ampul
Schering
2.
Amikasin
Amikin
200mg, 500mg, 1g / vial
B-M-S
3.
Kanamisin Sulfat
Kanamycin Meiji
500mg, 1g, 2g / vial
250 mg / kapsul
Meiji
4.
Neomisin Sulfat
Neobiotic
250 mg / tablet
Bernofarm
5.
Streptomosin
Streptomycin Meiji
1g, 1,5g, 5g / vial
Meiji
6.
Framisetin
Sofra-Tulle
Daryant-Tulle
Kassa pembalut steril
Darya Varia
4. Golongan Kloramfenikol
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Kloramfenikol
Colme
Chloramex
Enkacetyn
Kalmicetin
250 mg /kapsul
125 mg / 5 ml syr.
Interbat
Dumex Alpharma
Kimia Farma
Kalbe Farma
2.
Tiamfenikol
Urfamycin
Thiamycin
Thiambiotic
250 mg, 500 mg / kapsul
100 mg / 5 ml syrup
Zambon
Interbat
Prafa
5. Golongan Tetrasiklin
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Tetrasiklin
Dumocycline
Supertetra
Tetrin
250 mg / kapsul
Dumex Alph.
Darya-Varia
Interbat
2.
Doksisiklin
Vibramycin
Dumoxin
50 mg, 100 mg/kapsul
100mg, 150 mg / tablet
Pfizer
Dumex Alph.
3.
Minosiklin HCl
Minocin
50mg, 100 mg / kapsul
50 mg / 5ml syr.
Lederle
4.
Oksitetrasiklin HCl
Oxytetracycline Indo Farma
Terramycin
Salep Mata
Kapsul 250 mg, vial
Indo Farma
Pfizer
6. Golongan Makrolida
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Eritromisin
Erythrocin
Kalthrocin
Pharothrocin
250 mg / kapsul;
250 mg (500mg)/tablet(forte)
200 mg / tablet kunyah;
200mg/ 5ml suspensi
250 mg / 5ml susp.forte
100 mg/ 2,5ml drops
Abbot
Kalbe Farma
Pharos
2.
Spiramisin
Rovamycin
Spiradan
500 mg / tablet
250 mg / tablet pediatric
125 mg / 5 ml syr.
Rhone P.
Dankos
3.
Roxithromycin
Rulid
150 mg, 300 mg / tablet
100 mg / tablet pediatric
Hoechst
4
Azithromycin
Zithromax
Zycin
250 mg, 500 mg /tablet
200 mg / 5 ml suspensi
250 mg / kapsul
Pfizer
Interbat
7. Golongan Quinolon
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Ciprofloxacin
Ciproxin
Baquinor
100mg/50ml, 1200mg/100ml
/ infus i.v.
100mg, 250mg, 500mg, 750mg / tablet
250mg(500mg)/tab. (forte)
Bayer
Sanbe Farma
2.
Nalidixic Acid
Negram
500 mg / tablet
Sanofi
3.
Ofloxacin
Tarivid
200 mg, 400 mg / tablet
2 mg / ml vial
Kalbe / Daiichi
8. Golongan Lain - Lain
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Klindamisin Hidroklorida
Dalacin C
Niladacin
Lando
150 mg, 300mg / kapsul;
75 mg / 5 ml granul;
150 mg / 2 ml ampul
Up John
Nicholas
Pyridam
2.
Kolistin Sulfat
Colistine
250.000 IU, 1.500.000 IU/ tablet
Dumex Alpharma
3.
Metronidazol
Elyzol
Flagyl i.v
Nidazole
500 mg / tablet
5 mg / ml infusa
Dumex
Rhone Povlenc
Kalbe Farma
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
4.
Lincomycin
Lincocin
250 mg, 500mg / kapsul
250 mg / 5ml syr.
300 mg / ml vial
Up John
5.
Tinidazole
Fasigyn
Flatin
500 mg / tablet
Pfizer
Prafa
6.
Rifampicin
Kalrifam
150mg, 300mg, 450mg, 600 mg / kapsul
Kalbe Farma
B. Sulfonamida
Sulfonamida merupakan kelompok kemoterapi dengan rumus dasar :
H2N – C6H4 – SO2NH R
Adalah anti mikroba yang digunakan secara sistemis maupun topikal untuk beberapa penyakit infeksi.
Sebelum ditemukan antibiotik, sulfa merupakan kemoterapi yang utama, tetapi kemudian penggunaannya terdesak oleh antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan preparat kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamida. Selain sebagai kemoterapi derivat sulfonamida juga berguna sebagai diuretik dan anti diabetik oral (ADO).
Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para Amino Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa :
H2N – C6H4 - COOH
Efek samping
Efek samping yang terpenting adalah kerusakan pada sel-sel darah yang berupa agranulositosis, anemia aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah reaksi alergi dan gangguan pada saluran kemih dengan terjadinya kristal uria yaitu menghablurnya sulfa di dalam tubuli ginjal. Untuk menghindari terjadinya kristal uria, pada pengobatan dengan sulfa perlu :
penambahan Na- bicarbonat untuk melarutkan senyawa yang mengkristal.
minum air yang banyak (minimum 1,5 liter / hari)
dengan membuat preparat kombinasi (trisufa) yang terdiri dari sulfadiazin, sulfamerazin, sulfamezatin.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Sulfadiazin + Sulfamerazin + Sulfamezatin
Trisulfa
_aaa 500 mg / tablet
Kimia Farma
Indofarma
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
2.
Sulfasetamida Natrium
Albucid
Tetes mata 10 %,
Salep mata 6 %
Nicholas
3.
Kotrimoksazol
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Bactrim
Bactricid
Per tablet Pediatric :
TMP 20 mg, SMZ 100 mg
Per tablet Adult :
TMP 80 mg, SMZ 400 mg
Per tablet Forte :
TMP 160 mg,SMZ 800 mg
Syrup : TMP : 40 mg /5ml,
SMZ : 200 mg /5ml
Per tablet :
TMP 80 mg,SMZ 400 mg
Per tablet Pediatric :
TMP 20 mg,SMZ 100 mg
Per capsul :
TMP 160 mg,SMZ 800 mg
Roche
Soho
C. Antiparasitik
Antiparasitik adalah obat – obat yang digunakan untuk membunuh penyakit yang disebabkan oleh parasit. Anti parasit dibagi menjadi empat yaitu :
Antimalaria
Antiamuba
Anticacing
Antifungi
1. Antimalaria
Antimalaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal (protozoa) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang menggigit pada malam hari dengan posisi menjungkit.
Ciri-ciri penyakit malaria adalah demam berkala disertai menggigil, nyeri kepala dan nyeri otot, hati membesar sehingga timbul rasa mual dan muntah, anemia.
Penggolongan obat antimalaria :
a) Obat-obat pencegah / profilaktik
b) Obat-obat penyembuh / pencegah demam = kurativum
c) Obat-obat pencegah kambuh
d) Obat – obat pembunuh gametosid
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Sulfadoksin + Pyrimetamin
Fansidar
Suldox
Per tablet :
Sulfadoxine 500 mg
Pyrimethamine 250 mg
Roche
Dumex
2.
Klorokuin
Resochin
Nivaquine
Mexaquin
250 mg / tablet
100 mg, 300 mg / tablet
5 mg/ml syr.
250 mg/ tablet
Bayer
Rhone P.
Konimex
3.
Kuinin Sulfat
Tablet Kina
200 mg / tablet salut
Kimia Farma
4.
Euchinini /
Quinini etilkarbonat
Euchinin
100 mg / tablet
Kimia Farma
2. Antiamuba
Adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikro organisme bersel tunggal (protozoa) yaitu Entamoeba histolytica yang dikenal dengan dysentri amuba.
Penyakit yang disebabkan amuba umumnya menyerang usus. Dengan gejala diare berlendir dan darah disertai kejang-kejang dan nyeri perut, serta mulas pada waktu buang air besar. Bila pengobatannya tidak tepat penyakit ini dapat menjalar ke organ-organ lain khususnya hati dan menyebabkan amubiasis hati yang berciri radang hati (hepatitis amuba)
Spesilaite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Klorokuin Fosfat
Lihat antimalaria
2.
Metronidazol
Corsagyl
Flagyl
250 mg, 500 mg/tablet
250 mg / tablet
500 mg / tablet forte
125 mg / 5ml suspensi
0,5g, 1g / supositoria
Corsa
Rhone P
3.
Tinidazol
Fasigyn
500 mg / tablet salut
Pfizer
4.
Nimorazol
Naxogin
250 mg, 500 mg / tablet
Pfizer
5.
Secnidazol
Sentyl
Flagentyl
500 mg / kapsul
500 mg / tablet
Sunthi Sempuri
Rhone P.
3. Obat Anticacing
Anthelmetika atau obat-obat anti cacing adalah obat-obat yang dapat memusnahkan cacing parasit yang ada dalam tubuh manusia dan hewan.
Infeksi oleh cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar di dunia, di Indonesia termasuk penyakit rakyat yang umum dan sampai saat ini diperkirakan masih cukup banyak anak-anak di Indonesia yang menderita infeksi cacing sehingga pemerintah perlu mencanangkan pemberantasan cacing secara masal dengan pemberian obat cacing kepada seluruh siswa sekolah dasar pada momen-momen tertentu.
Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun ada juga yang melalui luka dikulit. Larva dan telur cacing ada di mana-mana di atas tanah, terutama bila sistim pembuangan kotoran belum memenuhi syarat-syarat hygiene. Gejala penyakit cacing sering kali tidak nyata. Umumnya merupakan gangguan lambung usus seperti mulas, kejang-kejang kehilangan nafsu makanan, pucat (anemia) dan lain – lain.
Pencegahannya sebenarnya mudah sekali yaitu :
Menjaga kebersihan baik tubuh maupun makanan
Mengkomsumsi makanan yang telah di masak dengan benar (daging, ikan dll)
Mencuci tangan sebelum makanan.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Piperazin
Piperacyl
Upixon
1g /5ml syrup
Bode
Bayer
2.
Mebendazol
Vermox
500mg / tablet
100mg /tablet kunyah
20mg/ 5ml syrup
Janssen
3.
Pirantel Pamoat
(Pyranteli Pamoas )
Combantrin
125mg, 250mg / tablet
125mg, 250mg/5ml susp.
Pfizer
4.
Levamizol HCl
Ascaridil
25mg, 50mg / tablet
Janssen
5.
Oxantel Pamoat + Pyrantel Pamoat
Quantrel
Oxant.P Pyr.P
Tablet 150mg 150mg
Susp./ml 20mg 20mg
Pfizer
6
Albendazol
Helben
400mg/kaplet ; chew.tab, 200mg / 5ml syrup
Mecosin
4. Antifungi / Antijamur
Adalah obat-obat yang digunakan untuk menghilangkan infeksi yang disebabkan oleh jamur. Infeksi oleh jamur dapat terjadi pada :
Kulit oleh dermatofit (jamur yang hidup di atas kulit)
Selaput lendir mulut, bronchi, usus dan vagina oleh sejenis ragi yang disebut candida albicans.
Salah satu sebab meluasnya infeksi oleh fungi ialah meningkatnya pemakaian antibiotik spektrum luas atau pemakaian kortikosteroid yang kurang tepat. Faktor hygiene juga sangat mempengaruhi penyebaran infeksi oleh fungi. Infeksi jamur sering berkaitan dengan gangguan daya tahan tubuh, bila daya tahan tubuh turun, maka pengobatan jamur sering mengalami kegagalan.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Griseofulvin / Fulvicin
Fulcin
Grivin
Mycostop
125mg(500mg)/tablet(forte)
250mg / tablet
Zeneca
Phapros
Zambon
2.
Nistatin
Mycostatin
500.000 IU /tablet
100.000 IU /ml suspensi
100.000 IU /g cream
100.000 IU / tab. vaginal
Bristol-Myers Squib
3.
Klotrimazol
Canesten
Canesten VT
Canesten SD
Cream 1% /5g,10g.
Solutio 1% /10ml
100mg / tablet vaginal
500mg / tablet vaginal
Bayer
4.
Ketokonazol
Nizoral
200 mg / tablet
Janssen
5.
Mikonazol
Daktarin
Mexoderm
Cream 2%
Bedak 2%
Sabun Liquid 2%
Cream 2 %
Janssen
Konimex
6.
Itrakonazol
Sporanox
100mg / kapsul
Janssen
D. Obat Antivirus
Virus (dalam bahasa latin dan sanskerta : visham = racun) merupakan mikro-organisme hidup yang terkecil, dengan ukuran antara 20 dan 300 mikron. Di luar tubuh manusia kerap kali virus berbentuk seperti kristal tanpa tanda hidup, sangat ulet yaitu tahan asam dan basa, serta tahan suhu-suhu rendah dan tinggi sekali. Baru jika keadaan sekitarnya baik, seperti dalam tubuh manusia atau hewan, kristal tersebut bernyawa kembali dan memperbanyak diri.
Pengembangan obat anti virus baik sebagai pencegahan maupun terapi belum dapat mencapai hasil yang diinginkan, karena obat-obat anti virus selain menghambat dan membunuh virus, juga merusak se-sel hospes dimana virus berada.
Sejumlah obat anti virus sudah banyak dikembangkan tetapi hasilnya belum memadai karena toksisitasnya sangat tinggi. Hanya beberapa anti virus yang saat ini digunakan, antara lain idoksuridin pada penggunaan topikal dan herpes simplex conjungtivitis serta asiklovir.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Asiklovir
Clinovir
Poviral
Cream 5 %
Eye ointment 30mg/g
Cream 500mg/g
Pharos
Kalbe Farma
2.
Methisoprinol
Isoprinosine
500mg/tablet
250mg/5ml syrup
Darya - Varia
E. Obat Antineoplastika (Antikanker)
Kanker atau karsinoma (Yunani = karkinos = kepiting) adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan bersifat ganas (maligne). Suatu kelompok sel dengan mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri secara pesat dan tidak tertahankan serta mengakibatkan pembengkakan atau benjolan, yang disebut tumor atau neoplasma (neo = baru; plasma = bentukan). Sel-sel kanker ini menginfiltrasi ke dalam jaringan-jaringan sekitarnya dan memusnahkannya. Tumor setempat ini seringkali menyebarkan sel-selnya melaui saluran darah dan limfe ke tempat-tempat lain dari tubuh (metastasis), dimana berkembang neoplasma sekunder. Gejala umum dari penyakit-penyakit kanker adalah nyeri yang sangat hebat.
Jenis-jenis kanker yang paling sering terdapat adalah kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, lambung-usus dan alat-alat kelamin. Begitu pula leukimia atau kanker darah, dimana produksi leukosit menjadi abnormal tinggi sedangkan eritrosit sangat berkurang.
Sebab-sebab kanker, menurut para ahli, lebih dari 80% dari semua tumor pada manusia diakibatkan oleh pengaruh zat-zat karsinogen dan faktor genetika.
Pengobatan
Pengobatan kanker dikenal beberapa cara, antara lain:
Kemoterapi, yaitu pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat menghambat atau membunuh sel-sel kanker.
Operasi / pembedahan, yaitu dengan mengangkat sel-sel kanker sehingga tidak terjadi perluasan daerah yang terkena kanker
Radiasi / penyinaran, yaitu dengan melakukan penyinaran pada daerah yang terdapat sel-sel kanker dengan menggunakan sinar radio aktif.
Efek Samping
Efek samping penggunaan obat-obatan neoplastika, adalah :
Depresi sumsum tulang dengan gangguan darah dan berkurangnya sistem tangkis, yang memperbesar resiko infeksi kuman.
Gangguan pada kantong rambut dengan rontoknya rambut atau alopesia.
Pembentukan sel-sel darah terhambat
Hiperurisemia
Terganggunya fungsi reproduksi
Kombinasi dari dua atau lebih sitostatika kerapkali digunakan, yakni yang memiliki titik kerja di dalam sel yang berlainan, dengan demikian daya kerjanya diperkuat dan terjadinya resistensi dapat dihindarkan.
Spesialite kemoterapi :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Doksorubisin Hidroklorida
Adriamycin RD
10mg, 50mg/vial
Carlo Erba
2.
Fluorourasil
Adrucil
250mg/5ml vial
500mg/10ml vial
Carlo erba
3.
Bleomisin sulfat
Bleocin
15mg/ampul
Kalbe Farma
4.
Sisplatin
Cisplatin
10mg/ 20ml vial
Kalbe Farma
5.
Siklofosfamida
Endoxan
200mg, 500mg,1g/vial
Asta
6.
Metotreksat
Farmitrexat
2,5mg/tablet
5mg, 50mg/ vial
Carlo Erba
7.
Sitarabin
Erbabin
100 mg / ml vial
Kalbe Farma
8.
Vinkristin Sulfat
Krebin
1mg/ml ampul
Kalbe Farma
9.
Vinblastin Sulfat
Vinblatine Sulphate DBL
1mg/ml ampul
Tempo Scan Pacific
F. Lain - Lain
1. Obat Anti TBC
Anti tuberculosis adalah obat-obat atau kombinasi obat yang diberikan dalam jangka waktu tertentu untuk mengobati penderita tuberkulosis.
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis, yang pada umumnya dimulai dengan membentuk benjolan-benjolan kecil di paru-paru dan ditularkan lewat organ pernafasan. Kuman TBC pertama kali ditemukan oleh dr Roberet Koch (1882).
Selain paru-paru, organ tubuh lain yang dapat dijangkiti kuman TBC adalah kelenjar, tulang, ginjal, kulit dan otak. Sampai saat ini di Indonesia penyakit TBC masih merupakan penyakit rakyat yang banyak mengambil korban, hal ini disebabkan:
Masih kurangnya kesadaran untuk hidup sehat.
Perumahan yang tidak memenuhi syarat (ventilasi dan masuknya cahaya matahari)
Kebersihan/hygiene
Kurang gizi/gizi tidak baik.
Penularan kuman TBC dapat melalui:
Saluran pernafasan (sebaiknya penderita menutup mulut dengan sapu tangan ketika batuk atau bersin.
Lewat makanan dan minuman
Penularan TBC dapat dihindari dengan cara menggunakan desinfektan pada sapu tangan atau barang-barang yang digunakan, dan mengusahakan agar ruangan tempat penderita mempunyai ventilasi yang baik.
Cara pencegahan TBC adalah dengan memberikan vaksinasi sedini mungkin pada bayi-bayi yang baru lahir. Vaksin yang digunakan adalah vaksin BCG (Basil Calmette Guerin). Untuk menentukan seseorang terinfeksi oleh basil TBC atau tidak biasanya dilakukan dengan reaksi Mantoux , yaitu penyuntikan yang dilakukan dilengan atas dengan tuberkulin (filtrat dari pembiakan basil TBC). Bila ditempat penyuntikan tidak timbul bengkak merah berarti orang tersebut tidak terinfeksi TBC.
Pengobatan
Sebelum ditemukan obat-obat yang dapat memusnahkan penyebab penyakit, bentuk pengobatan terbatas pada terapi simptomatis seperti mengurangi batuk dan menghilangkan demam, istirahat total di sanatorium dan diet makanan bergizi yang kaya lemak dan vitamin A.
Obat TBC yang pertama kali ditemukan adalah streptomisin, disusul kemudian dengan PAS dan INH. Sampai tahun 1970-an kombinasi standar untuk pengobatan TBC menggunakan ketiga obat di atas. Sesudah tahun 1970 kombinasi standar untuk TBC menjadi INH, ethambutol dan rifampisin.
Dengan pengobatan modern, setelah 4 sampai 6 minggu pasien bebas bermasyarakat seperti biasa karena tidak lagi menularkan kuman TBC. Basil TBC terkenal sangat ulet dan sulit ditembus zat kimia (obat) karena dinding sel bakteri mengandung banyak lemak dan lilin (wax), sehingga pengobatan TBC memerlukan periode waktu yang cukup lama .
Tujuan pengobatan kombinasi :
Mencegah resistensi
Praktis karena dapat diberikan sebagai dosis tunggal.
Mengurangi efek samping.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1
Ethambutol
Cetabutol
Kalbutol
Etibi
250 mg, 500 mg/tablet
500 mg / tablet
250 mg, 500 mg / tablet
Soho
Kalbe Farma
Rocella
2.
Isoniazid
Isoniazid + Vitamin B-6
Isonex
INH
Pehadoxin
50 mg / 5 ml syr.
50 mg , 100 mg / tablet
Per tablet :
INH 100 mg,Vit.B6 10 mg
Dumex
Soho
Phapros
Isoniazid + Vitamin B-6 + Ethambutol
Inoxin
Intam 6
Meditam
Per tablet :
INH 400 mg,Vit.B610 mg
Per tablet :
INH 100 mg,Ethambutol 250 mg, Vit.B6 10 mg
Dexamedica
Rhone P
Medikon
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
.
Mycothambin- INH Forte
Per tablet :
INH 200 mg,Ethambutol 500 mg, Vit.B6 20 mg
UAP
3.
Pirazinamida
Prazina
Pezeta Ciba 500
Pulmodex
500 mg / tablet
Ponco
Ciba
Dexamedica
4.
Rifampicin
Rifampicin + INH
Rifampin
Rifamtibi
Rimactane
Rimetazid
Ramicin-Iso
150 mg, 300 mg, 450 mg, 600 mg / kapsul
450 mg, 600 mg/kapsul
450 mg, 600 mg/ kapsul
20 mg / ml syr.
Per kapsul :
Rifampicin 225 mg
INH 200 mg
Rifampicin 450 mg
INH 300 mg
Per kapsul :
Rifampicin 500 mg
INH 150 mg
Pharos
Sanbe
Biochemie
Biochemie
Westmont
5.
Streptomisin
Streptomycine Sulphate Injection
1g, 1,5g, 5g/ vial
Meiji
2. Obat Antilepra
Lepra atau kusta adalah suatu infeksi kronis yang terutama merusak jaringan-jaringan saraf. Pembangkitnya Mycobacterium leprae ditemukan oleh dokter Norwegia Hansen (1873), memiliki sifat-sifat yang mirip dengan basil TBC, yaitu sangat ulet karena mengandung banyak lemak dan lilin yang sukar ditembusi obat, juga pertumbuhannya lambat sekali setelah waktu inkubasi yang lama, lebih kurang satu tahun.
Di Indonesia terdapat kurang lebih 100.000 pasien lepra yang diobati di sejumlah rumah sakit khusus (Leproseri) yang diawasi oleh Lembaga Kusta Departemen Kesehatan.
Pencegahan
Tes Lepromin adalah suatu injeksi intrakutan dari suspensi jaringan lepra dan digunakan untuk menetapkan apakah seseorang memiliki daya tangkis cukup terhadap lepra bentuk – L. Hasil tes negatif berarti orang tersebut sangat peka untuk infeksi dengan bentuk tersebut.
Pada tahun 1965 telah dibuktikan di Uganda, bahwa vaksinasi BCG memberikan perlindungan yang lumayan terhadap infeksi dengan bentuk – L.
Pengobatan
Sejak dahulu kala obat satu-satunya terhadap lepra adalah minyak kaulmogra, yang efektif untuk meredakan gejala-gejalanya tanpa menyembuhkan penyakit.
Pada tahun 1950 ditemukan dapson yang mampu menghentikan pertumbuhan basil lepra, yang kemudian lama-kelamaan akan dimusnahkan oleh sistem tangkis tubuh sendiri. Kemudian ditemukan leprostatika lain antara lain thiambutosin, klofazimin dan rifampisin.
WHO menganjurkan sebagai terapi pilihan pertama suatu kombinasi dari dapson dengan rifampisin atau klofazimin selama sekurang-kurangnya 6 bulan. Kemudian disusul dengan monoterapi dapson selama 5 – 7 tahun pada bentuk tuberkuloid, dan seumur hidup pada bentuk – L dan borderline.
Efek samping
Yang terpenting adalah reaksi lepra yaitu suatu reaksi alergi yang diakibatkan oleh basil mati yang berjumlah besar di dalam jaringan-jaringan. Gejala-gejala berupa demam tinggi, radang dan nyeri sendi, rasa lelah dan habis tenaga, khusus pada bentuk – L terjadi benjol-benjol merah kebiruan. Semula diduga bahwa reaksi-reaksi ini merupakan efek samping khusus dari dapson, tetapi kemudian ternyata dapat juga ditimbulkan oleh leprostatika lainnya kecuali klofazimin.
Untuk mengatasi gejala-gejala ini, obat lepra sering dikombinasi dengan asetosal atau sedativa, atau jika lebih hebat bisa diberikan zat supresif (penekan) seperti kortikosteroid. Obat lepra tidak boleh dihentikan atau dikurangi dosisnya berhubungan meningkatnya bahaya resistensi.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
2.
3
Diamino Difenil Sulfon (DDS)
Clofazimine
Rifampicin
Dapson
Lamprene
Lihat obat TBC
100 mg / tablet
50 mg & 100 mg / tablet
Indofarma
Novartis
BAB 1 DASAR DASAR UMUM FARMAKOLOGI
Assalamualaikum wr.wb
Kali ini saya akan membahas tentang dasar dasar farmakologi, materi ini sesuai dengan yang saya pelajari diSMK kesehatan kelas X.
BAB I
DASAR-DASAR UMUM FARMAKOLOGI
A. Perkembangan Sejarah Obat
Yang di maksud dengan obat ialah semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejala-gejalanya.
Kebanyakan obat yang digunakan dimasa lampau adalah obat yang berasal dari tanaman. Dengan cara mencoba –coba, secara empiris orang purba mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit. Pengetahuan ini secara turun temurun disimpan dan dikembangkan, sehingga muncul ilmu pengobatan rakyat, sebagaimana pengobatan tradisional jamu di Indonesia.
Obat yang pertama digunakan adalah obat yang berasal dari tanaman yang di kenal dengan sebutan obat tradisional (jamu). Obat-obat nabati ini di gunakan sebagai rebusan atau ekstrak dengan aktivitas yang seringkali berbeda-beda tergantung dari asal tanaman dan cara pembuatannya.
Hal ini dianggap kurang memuaskan, maka lambat laun ahli-ahli kimia mulai mencoba mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung dalam tanaman – tanaman sehingga menghasilkan serangkaian zat – zat kimia sebagai obat misalnya efedrin dari tanaman Ephedra vulgaris , atropin dari Atropa belladonna, morfin dari Papaver somniferium, digoksin dari Digitalis lanata, reserpin dari Rauwolfia serpentina, vinblastin dan Vinkristin adalah obat kanker dari Vinca Rosea.
Pada permulaan abad XX mulailah dibuat obat – obat sintesis, misalnya asetosal, di susul kemudian dengan sejumlah zat-zat lainnya. Pendobrakan sejati baru tercapai dengan penemuan dan penggunaan obat-obat kemoterapeutik sulfanilamid (1935) dan penisillin (1940). Sejak tahun 1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang dengan pesat dan hal ini menguntungkan sekali bagi penyelidikan yang sistematis dari obat-obat baru.
Penemuan-penemuan baru menghasilkan lebih dari 500 macam obat setiap tahunnya, sehingga obat-obat kuno semakin terdesak oleh obat-obat baru. Kebanyakan obat-obat yang kini digunakan di temukan sekitar 20 tahun yang lalu, sedangkan obat-obat kuno di tinggalkan dan diganti dengan obat modern tersebut.
B. Definisi dan Pengertian :
Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam organisme hidup. Dan untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya, serta penggunaannya pada pengobatan penyakit disebut farmakologi klinis. Ilmu khasiat obat ini mencakup beberapa bagian yaitu :
Farmakognosi, mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat – zat aktifmya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan.
Pada zaman obat sintetis seperti sekarang ini, peranan ilmu farmakognosi sudah sangat berkurang. Namun pada dasawarsa terakhir peranannya sebagai sumber untuk obat – obat baru berdasarkan penggunaannya secara empiris telah menjadi semakin penting. Banyak phytoterapeutika baru telah mulai digunakan lagi (Yunani ; phyto = tanaman), misalnya tingtura echinaceae (penguat daya tangkis), ekstrak Ginkoa biloba (penguat memori), bawang putih (antikolesterol), tingtur hyperici (antidepresi) dan ekstrak feverfew (Chrysantemum parthenium) sebagai obat pencegah migrain.
2. Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Dengan kata lain dalam bentuk sediaan apa obat harus dibuat agar menghasilkan efek yang optimal. Ketersediaan hayati obat dalam tubuh untuk diresorpsi dan untuk melakukan efeknya juga dipelajari (farmaceutical dan biological availability). Begitu pula kesetaraan terapeutis dari sediaan yang mengandung zat aktif sama (therapeutic equivalance). Ilmu bagian ini mulai berkembang pada akhir tahun 1950an dan erat hubungannya dengan farmakokinetika.
3. Farmakokinetika, meneliti perjalanan obat mulai dari saat pemberiannya, bagaimana absorpsi dari usus, transpor dalam darah dan distrtibusinya ke tempat kerjanya dan jaringan lain. Begitu pula bagaimana perombakannya (biotransformasi) dan akhirnya ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya farmakokinetika mempelajari segala sesuatu tindakan yang dilakukan oleh tubuh terhadap obat.
4. Farmakodinamika, mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Singkatnya farmakodinamika mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh.
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapi obat barhubungan erat dengan efek toksisnya.
Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme. ( “Sola dosis facit venenum” : hanya dosis membuat racun racun, Paracelsus).
6. Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Penggunaan ini berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antara khasiat obat dan sifat fisiologi atau mikrobiologinya di satu pihak dan penyakit di pihak lain. Adakalanya berdasarkan pula atas pengalaman yang lama (dasar empiris). Phytoterapi menggunakan zat – zat dari tanaman untuk mengobati penyakit.
Obat – obat yang digunakan pada terapi dapat dibagi dalam tiga golongan besar sebagai berikut :
1. Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika, hipnotika, dan obat otonom.
2. Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecil – kecilnya terhadap organisme tuan rumah berkhasiat membunuh sebesar – besarnya terhadap sebanyak mungkin parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat – obat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat – obat kanker) juga dianggap termasuk golongan ini.
3. Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya untuk mengenal penyakit pada saluran lambung-usus digunakan barium sulfat dan untuk saluran empedu digunakan natrium propanoat dan asam iod organik lainnya.
C. Farmakope dan Nama Obat
Farmakope adalah buku resmi yang ditetapkan hukum dan memuat standarisasi obat – obat penting serta persyaratannya akan identitas, kadar kemurnian, dan sebagainya, begitu pula metode analisa dan resep sediaan farmasi. Kebanyakan negara memiliki farmakope nasionalnya dan obat – obat resmi yang dimuatnya merupakan obat dengan nilai terapi yang telah dibuktikan oleh pengalaman lama atau riset baru. Buku ini diharuskan tersedia pada setiap apotik.
Telah dikeluarkan pada tahun 1962 (jilid I) disusul dengan jilid II (1965), yang mengandung bahan – bahan galenika dan resep. Farmakope Indonesia jilid I dan II telah direvisi menjadi Farmakope Indonesia Edisi II yang mulai berlaku sejak 12 November 1972. Pada tahun 1979 terbit Farmakope Indonesia Edisi III kemudian Farmakope Indonesia Edisi IV terbit pada tahun 1996.
Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan mutu obat resmi yang mencakup zat, bahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di Indonesia, akan tetapi tidak dimuat dalam Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.
Di samping kedua buku persyaratan mutu obat resmi ini, pada tahun 1996 telah diterbitkan pula sebuah buku dengan nama Formularium Indonesia, yang memuat komposisi dari beberapa ratus sediaan farmasi yang lazim diminta di minta di apotik. Buku ini sudah direvisi pula dan edisi kedua dari buku ini telah diberlakukan per 12 November 1978 dengan nama Formularium Nasional.
Obat paten atau spesialite adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang dilindingi hukum, yaitu merk terdaftar atau proprietary name. Banyaknya obat paten dengan beraneka ragam nama yang setiap tahun dikeluakan oleh industri farmasi dan kekacauan yang diakibatkannya telah mendorong WHO untuk menyusun Daftar Obat dengan nama – nama resmi. Official atau generic name (nama generik) ini dapat digunakan disemua negara tanpa melanggar hak paten obat bersangkutan. Hampir semua farmakope sudah menyesuaikan nama obatnya dengan nama generik ini, karena nama kimia yang semula digunakan sering kali terlalu panjang dan tidak praktis. Dalam buku ini digunakan pula nama generik, untuk jelasnya di bawah ini diberikan beberapa contoh :
Nama Kimia
Nama Generik
Nama Paten
Asam asetilsalisilat
Asetosal
Aspirin (Bayer)
Naspro (Nicholas)
Aminobenzil penisillin
Ampisilin
Penbritin (Beecham)
Ampifen (Organon)
D. Macam -Macam Sediaan Umum
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV,macam - macam sediaan umum adalah sebagai berikut :
Aerosol, adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit dan juga untuk pemakaian lokal pada hidung ( aerosol nasal ), mulut ( aerosol lingual ) atau paru - paru ( aerosol inhalasi ).
Kapsul , adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Digunakan untuk pemakaian oral.
Tablet , adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Krim, adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Emulsi, adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
Ekstrak, adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat baku yang ditetapkan.
Gel (Jeli), adalah sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar , terpenetrasi oleh suatu cairan.
Imunoserum, adalah sediaan yang mengandung immunoglobulin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian.
Implan atau pelet, adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi ( dengan atau tanpa eksipien ), dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan atau pelet dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh ( biasanya secara sub kutan ) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama.
Infusa. adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90O selama 15 menit.
Inhalasi, adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.
Injeksi adalah sediaan steril untuk kegunaaan parenteral, yaitu di bawah atau menembus kulit atau selaput lendir.
Irigasi, larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau rongga - rongga tubuh, penggunaan adalah secara topikal.
Lozenges atau tablet hisap, adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
Sediaan obat mata :
Salep mata, adalah salep steril yang digunakan pada mata.
Larutan obat mata, adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.
Pasta, adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
Plester, adalah bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yang dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.
Serbuk, adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, berupa serbuk yang dibagi – bagi (pulveres) atau serbuk yang tak terbagi (pulvis)
Solutio atau larutan, adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Terbagi atas :
Larutan oral, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Termasuk ke dalam larutan oral ini adalah :
- Syrup, Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi
- Elixir, adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai pelarut.
Larutan topikal, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan topical paad kulit atau mukosa.
Larutan otik, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam telinga.
Larutan optalmik, adalah sediaan cair yang digunakan pada mata.
Spirit, adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol dari zat yang mudah menguap, umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran bahan.
Tingtur, adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol di buat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia
Supositoria, adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
E. Cara – Cara Pemberian Obat
Di samping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi obat oleh tubuh. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemis (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan sifat – sifat fisika-kimia obat.
1. Efek Sistemis
(a) Oral, Pemberiannya melalui mulut
(b) Oromukosal, Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu :
Sublingual : Obat ditaruh di bawah lidah.
Bucal : Obat diletakkan diantara pipi dan gusi
(c) Injeksi, adalah pemberian obat secara parenteral atau di bawah atau menembus kulit / selaput lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk memberikan efek dengan cepat.
Macam – macam jenis suntikan :
Subkutan / hypodermal (s.c) : Penyuntikan di bawah kulit
Intra muscular (i.m) : Penyuntikan dilakukan kedalam otot
Intra vena (i.v) : Penyuntikan dilakukan di dalam pembuluh darah
Intra arteri (i.a) : Penyuntikan ke dalam pembuluh nadi (dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya pada penderita kanker hati)
Intra cutan (i.c) : Penyuntikan dilakukan di dalam kulit
Intra lumbal : Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas tulang belakang (sumsum tulang belakang)
Intra peritoneal : Penyuntikan ke dalam ruang selaput (rongga) perut.
Intra cardial : Penyuntikan ke dalam jantung.
Intra pleural : Penyuntikan ke dalam rongga pleura
Intra articuler : Penyuntikan ke dalam celah – celah sendi.
(d) Implantasi, Obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan di bawah kulit dengan alat khusus (trocar), digunakan untuk efek yang lama.
(e) Rektal, pemberian obat melalui rectal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemik lebih cepat dan lebih besar dibandingkan peroral dan baik sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak asam lambung.
(f) Transdermal, cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap secara perlahan dan kontinue masuk ke dalam system peredaran darah, langsung ke jantung.
2. Efek Lokal ( pemakaian setempat )
(a) Kulit (percutan), obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit, bentuk obat salep, cream dan lotio
(b) Inhalasi, Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, ternggorokkan danpernafasan
(c) Mukosa Mata dan telinga, Obat ini diberikan melalui selaput / mukosa mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek.
(d) Intra vaginal, obat diberikan melalui selaput lendir mukosa vagina, biasanya berupa obat antifungi dan pencegah kehamilan.
(e) Intra nasal, Obat ini diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput mukosa hidung yang membengkak, contohnya Otrivin.
Kali ini saya akan membahas tentang dasar dasar farmakologi, materi ini sesuai dengan yang saya pelajari diSMK kesehatan kelas X.
BAB I
DASAR-DASAR UMUM FARMAKOLOGI
A. Perkembangan Sejarah Obat
Yang di maksud dengan obat ialah semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejala-gejalanya.
Kebanyakan obat yang digunakan dimasa lampau adalah obat yang berasal dari tanaman. Dengan cara mencoba –coba, secara empiris orang purba mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit. Pengetahuan ini secara turun temurun disimpan dan dikembangkan, sehingga muncul ilmu pengobatan rakyat, sebagaimana pengobatan tradisional jamu di Indonesia.
Obat yang pertama digunakan adalah obat yang berasal dari tanaman yang di kenal dengan sebutan obat tradisional (jamu). Obat-obat nabati ini di gunakan sebagai rebusan atau ekstrak dengan aktivitas yang seringkali berbeda-beda tergantung dari asal tanaman dan cara pembuatannya.
Hal ini dianggap kurang memuaskan, maka lambat laun ahli-ahli kimia mulai mencoba mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung dalam tanaman – tanaman sehingga menghasilkan serangkaian zat – zat kimia sebagai obat misalnya efedrin dari tanaman Ephedra vulgaris , atropin dari Atropa belladonna, morfin dari Papaver somniferium, digoksin dari Digitalis lanata, reserpin dari Rauwolfia serpentina, vinblastin dan Vinkristin adalah obat kanker dari Vinca Rosea.
Pada permulaan abad XX mulailah dibuat obat – obat sintesis, misalnya asetosal, di susul kemudian dengan sejumlah zat-zat lainnya. Pendobrakan sejati baru tercapai dengan penemuan dan penggunaan obat-obat kemoterapeutik sulfanilamid (1935) dan penisillin (1940). Sejak tahun 1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang dengan pesat dan hal ini menguntungkan sekali bagi penyelidikan yang sistematis dari obat-obat baru.
Penemuan-penemuan baru menghasilkan lebih dari 500 macam obat setiap tahunnya, sehingga obat-obat kuno semakin terdesak oleh obat-obat baru. Kebanyakan obat-obat yang kini digunakan di temukan sekitar 20 tahun yang lalu, sedangkan obat-obat kuno di tinggalkan dan diganti dengan obat modern tersebut.
B. Definisi dan Pengertian :
Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam organisme hidup. Dan untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya, serta penggunaannya pada pengobatan penyakit disebut farmakologi klinis. Ilmu khasiat obat ini mencakup beberapa bagian yaitu :
Farmakognosi, mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat – zat aktifmya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan.
Pada zaman obat sintetis seperti sekarang ini, peranan ilmu farmakognosi sudah sangat berkurang. Namun pada dasawarsa terakhir peranannya sebagai sumber untuk obat – obat baru berdasarkan penggunaannya secara empiris telah menjadi semakin penting. Banyak phytoterapeutika baru telah mulai digunakan lagi (Yunani ; phyto = tanaman), misalnya tingtura echinaceae (penguat daya tangkis), ekstrak Ginkoa biloba (penguat memori), bawang putih (antikolesterol), tingtur hyperici (antidepresi) dan ekstrak feverfew (Chrysantemum parthenium) sebagai obat pencegah migrain.
2. Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Dengan kata lain dalam bentuk sediaan apa obat harus dibuat agar menghasilkan efek yang optimal. Ketersediaan hayati obat dalam tubuh untuk diresorpsi dan untuk melakukan efeknya juga dipelajari (farmaceutical dan biological availability). Begitu pula kesetaraan terapeutis dari sediaan yang mengandung zat aktif sama (therapeutic equivalance). Ilmu bagian ini mulai berkembang pada akhir tahun 1950an dan erat hubungannya dengan farmakokinetika.
3. Farmakokinetika, meneliti perjalanan obat mulai dari saat pemberiannya, bagaimana absorpsi dari usus, transpor dalam darah dan distrtibusinya ke tempat kerjanya dan jaringan lain. Begitu pula bagaimana perombakannya (biotransformasi) dan akhirnya ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya farmakokinetika mempelajari segala sesuatu tindakan yang dilakukan oleh tubuh terhadap obat.
4. Farmakodinamika, mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Singkatnya farmakodinamika mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh.
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapi obat barhubungan erat dengan efek toksisnya.
Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme. ( “Sola dosis facit venenum” : hanya dosis membuat racun racun, Paracelsus).
6. Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Penggunaan ini berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antara khasiat obat dan sifat fisiologi atau mikrobiologinya di satu pihak dan penyakit di pihak lain. Adakalanya berdasarkan pula atas pengalaman yang lama (dasar empiris). Phytoterapi menggunakan zat – zat dari tanaman untuk mengobati penyakit.
Obat – obat yang digunakan pada terapi dapat dibagi dalam tiga golongan besar sebagai berikut :
1. Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika, hipnotika, dan obat otonom.
2. Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecil – kecilnya terhadap organisme tuan rumah berkhasiat membunuh sebesar – besarnya terhadap sebanyak mungkin parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat – obat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat – obat kanker) juga dianggap termasuk golongan ini.
3. Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya untuk mengenal penyakit pada saluran lambung-usus digunakan barium sulfat dan untuk saluran empedu digunakan natrium propanoat dan asam iod organik lainnya.
C. Farmakope dan Nama Obat
Farmakope adalah buku resmi yang ditetapkan hukum dan memuat standarisasi obat – obat penting serta persyaratannya akan identitas, kadar kemurnian, dan sebagainya, begitu pula metode analisa dan resep sediaan farmasi. Kebanyakan negara memiliki farmakope nasionalnya dan obat – obat resmi yang dimuatnya merupakan obat dengan nilai terapi yang telah dibuktikan oleh pengalaman lama atau riset baru. Buku ini diharuskan tersedia pada setiap apotik.
Telah dikeluarkan pada tahun 1962 (jilid I) disusul dengan jilid II (1965), yang mengandung bahan – bahan galenika dan resep. Farmakope Indonesia jilid I dan II telah direvisi menjadi Farmakope Indonesia Edisi II yang mulai berlaku sejak 12 November 1972. Pada tahun 1979 terbit Farmakope Indonesia Edisi III kemudian Farmakope Indonesia Edisi IV terbit pada tahun 1996.
Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan mutu obat resmi yang mencakup zat, bahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di Indonesia, akan tetapi tidak dimuat dalam Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.
Di samping kedua buku persyaratan mutu obat resmi ini, pada tahun 1996 telah diterbitkan pula sebuah buku dengan nama Formularium Indonesia, yang memuat komposisi dari beberapa ratus sediaan farmasi yang lazim diminta di minta di apotik. Buku ini sudah direvisi pula dan edisi kedua dari buku ini telah diberlakukan per 12 November 1978 dengan nama Formularium Nasional.
Obat paten atau spesialite adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang dilindingi hukum, yaitu merk terdaftar atau proprietary name. Banyaknya obat paten dengan beraneka ragam nama yang setiap tahun dikeluakan oleh industri farmasi dan kekacauan yang diakibatkannya telah mendorong WHO untuk menyusun Daftar Obat dengan nama – nama resmi. Official atau generic name (nama generik) ini dapat digunakan disemua negara tanpa melanggar hak paten obat bersangkutan. Hampir semua farmakope sudah menyesuaikan nama obatnya dengan nama generik ini, karena nama kimia yang semula digunakan sering kali terlalu panjang dan tidak praktis. Dalam buku ini digunakan pula nama generik, untuk jelasnya di bawah ini diberikan beberapa contoh :
Nama Kimia
Nama Generik
Nama Paten
Asam asetilsalisilat
Asetosal
Aspirin (Bayer)
Naspro (Nicholas)
Aminobenzil penisillin
Ampisilin
Penbritin (Beecham)
Ampifen (Organon)
D. Macam -Macam Sediaan Umum
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV,macam - macam sediaan umum adalah sebagai berikut :
Aerosol, adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit dan juga untuk pemakaian lokal pada hidung ( aerosol nasal ), mulut ( aerosol lingual ) atau paru - paru ( aerosol inhalasi ).
Kapsul , adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Digunakan untuk pemakaian oral.
Tablet , adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Krim, adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Emulsi, adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
Ekstrak, adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat baku yang ditetapkan.
Gel (Jeli), adalah sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar , terpenetrasi oleh suatu cairan.
Imunoserum, adalah sediaan yang mengandung immunoglobulin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian.
Implan atau pelet, adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi ( dengan atau tanpa eksipien ), dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan atau pelet dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh ( biasanya secara sub kutan ) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama.
Infusa. adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90O selama 15 menit.
Inhalasi, adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.
Injeksi adalah sediaan steril untuk kegunaaan parenteral, yaitu di bawah atau menembus kulit atau selaput lendir.
Irigasi, larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau rongga - rongga tubuh, penggunaan adalah secara topikal.
Lozenges atau tablet hisap, adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
Sediaan obat mata :
Salep mata, adalah salep steril yang digunakan pada mata.
Larutan obat mata, adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.
Pasta, adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
Plester, adalah bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yang dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.
Serbuk, adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, berupa serbuk yang dibagi – bagi (pulveres) atau serbuk yang tak terbagi (pulvis)
Solutio atau larutan, adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Terbagi atas :
Larutan oral, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Termasuk ke dalam larutan oral ini adalah :
- Syrup, Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi
- Elixir, adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai pelarut.
Larutan topikal, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan topical paad kulit atau mukosa.
Larutan otik, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam telinga.
Larutan optalmik, adalah sediaan cair yang digunakan pada mata.
Spirit, adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol dari zat yang mudah menguap, umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran bahan.
Tingtur, adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol di buat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia
Supositoria, adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
E. Cara – Cara Pemberian Obat
Di samping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi obat oleh tubuh. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemis (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan sifat – sifat fisika-kimia obat.
1. Efek Sistemis
(a) Oral, Pemberiannya melalui mulut
(b) Oromukosal, Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu :
Sublingual : Obat ditaruh di bawah lidah.
Bucal : Obat diletakkan diantara pipi dan gusi
(c) Injeksi, adalah pemberian obat secara parenteral atau di bawah atau menembus kulit / selaput lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk memberikan efek dengan cepat.
Macam – macam jenis suntikan :
Subkutan / hypodermal (s.c) : Penyuntikan di bawah kulit
Intra muscular (i.m) : Penyuntikan dilakukan kedalam otot
Intra vena (i.v) : Penyuntikan dilakukan di dalam pembuluh darah
Intra arteri (i.a) : Penyuntikan ke dalam pembuluh nadi (dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya pada penderita kanker hati)
Intra cutan (i.c) : Penyuntikan dilakukan di dalam kulit
Intra lumbal : Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas tulang belakang (sumsum tulang belakang)
Intra peritoneal : Penyuntikan ke dalam ruang selaput (rongga) perut.
Intra cardial : Penyuntikan ke dalam jantung.
Intra pleural : Penyuntikan ke dalam rongga pleura
Intra articuler : Penyuntikan ke dalam celah – celah sendi.
(d) Implantasi, Obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan di bawah kulit dengan alat khusus (trocar), digunakan untuk efek yang lama.
(e) Rektal, pemberian obat melalui rectal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemik lebih cepat dan lebih besar dibandingkan peroral dan baik sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak asam lambung.
(f) Transdermal, cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap secara perlahan dan kontinue masuk ke dalam system peredaran darah, langsung ke jantung.
2. Efek Lokal ( pemakaian setempat )
(a) Kulit (percutan), obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit, bentuk obat salep, cream dan lotio
(b) Inhalasi, Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, ternggorokkan danpernafasan
(c) Mukosa Mata dan telinga, Obat ini diberikan melalui selaput / mukosa mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek.
(d) Intra vaginal, obat diberikan melalui selaput lendir mukosa vagina, biasanya berupa obat antifungi dan pencegah kehamilan.
(e) Intra nasal, Obat ini diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput mukosa hidung yang membengkak, contohnya Otrivin.
Langganan:
Postingan (Atom)